von Willebrand Disease: Kelainan Darah Akibat Kekurangan von Willebrand Factor (vWF) dan Faktor VIII dalam Darah
Manusia
merupakan makhluk hidup yang terdiri atas organ dan kesatuannya yang membentuk
suatu sistem. Sistem tersebut bekerja secara berkesinambungan antara satu
dengan lainnya sehingga berperan penting dalam kerja metabolisme tubuh manusia.
Salah satu sistem yang ada pada tubuh manusia adalah sistem peredaran darah
yang berfungsi sebagai sistem transportasi bagi sejumlah nutrient atau zat-zat
yang dibutuhkan oleh tubuh untuk diedarkan ke seluruh tubuh manusia tersebut. Salah
satu komponen dalam sistem peredaran darah adalah darah. Ketika seseorang
mengalami suatu keadaan yang menyebabkan mereka cedera dan mengalami
perdarahan, tentunya seseorang tersebut akan mengetahui bahwa pada akhirnya
perdarahan tersebut akan segera berhenti. Hal tersebut terjadi karena tubuh
akan melakukan mekanisme hemostasis, yaitu mekanisme tubuh untuk menghentikan
perdarahan. Mekanisme ini akan melalui beberapa fase penting, seperti
pembentukan sumbatan oleh platelet (keping darah) dan fase proses pembekuan
darah (koagulasi).
Proses
berhentinya darah merupakan hal yang lumrah apabila dialami oleh seseorang yang
sehat atau normal. Namun hal tersebut akan berbeda halnya dengan seseorang yang
mengidap von Willebrand Disease (vWD), suatu penyakit kelainan darah
akibat kekurangan von Willebrand Factor
(vWF) dan faktor VIII dalam darah. Faktor von Willebrand (vWF) adalah sejenis
protein dalam sel darah merah yang diperlukan untuk pembekuan darah, sedangkan
faktor VIII adalah sejenis protein yang diperlukan untuk membentuk jaringan
yang kuat sehingga kedua jenis protein ini bekerja secara kesinambungan sebagai
perekat untuk menyangga trombosit disekitar pembuluh darah yang mengalami
kerusakan. Tanpa vWF dan faktor VIII dalam jumlah yang normal, maka proses
pembekuan darah akan memakan waktu yang lebih lama sehingga trombosit yang ada
hanya akan melayang-layang dan tidak akan bisa menempel yang kemudian akan
memicu terjadinya perdarahan secara berlebihan atau terus-menerus.
Seseorang yang
mengidap penyakit vWD akan mengalami
perdarahan secara berlebihan dan terus-menerus akibat terjadinya gangguan dalam
proses pembekuan darah. Penyakit ini terjadi hampir sekitar 1% dari penduduk di
seluruh dunia. Sebagian besar kasus von
Willebrand memiliki gejala ringan, sehingga tidak terdiagnosis. Penyakit
ini baru akan terdiagnosis apabila si penderita melakukan operasi atau
ekstraksi gigi. Secara umum seseorang yang mengidap penyakit ini akan mengalami
suatu gejala klinis ringan seperti, gusi yang suka berdarah setelah menyikat
gigi, mimisan, biru-biru pada tubuh, menstruasi yang berlangsung dalam jangka
waktu lama, dan perdarahan yang sulit berhenti
Seringkali orang
menganggap bahwa penyakit von Willebrand
ini serupa dengan penyakit hemofilia. Secara klinis gejala penyakit ini sama
dengan hemofili, namun pada kenyataannya kedua penyakit ini berbeda. Perbedaan
tersebut berdasarkan pola penurunannya dimana penyakit von Willebrand diturunkan secara autosomal sedangkan hemofili
diturunkan secara resesif yang terkait kromosom X. Hal tersebut berarti bahwa
penyakit von Willebrand dapat
diturunkan secara merata baik pada pria maupun wanita. Sementara pada
hemophilia sebagian besar terjadi pada pria. Apabila terjadi pada wanita, maka
hanya akan ada dua kemungkinan, yaitu: wanita tersebut menjadi pembawa/carrier yang tidak bergejala atau
kemungkinan wanita tersebut akan letal/meninggal saat dilahirkan. Dengan kata
lain, hampir tidak pernah ada penderita hemophilia yang berjenis kelamin
wanita, karena mereka sudah meninggal sejak lahir atau tidak bergejala sama
sekali.
A. Sejarah
von Willebrand Disease (vWD)
Penyakit ini
pertama kali ditemukan oleh Lee dan Minot pada tahun 1920, dimana manusia
dewasa mengalami masa perdarahan yang panjang dan adanya epistakis (perdarahan hidung) rekuran. Hingga penyakit von Willebrand ini berhasil
diidentifikasi oleh Erik von Willebrand pada tahun 1926 di masyarakat Kepulauan
Aaland, Finlandia. Penduduk di daerah tersebut diduga mengalami perdarahan yang
berat yang berbeda dengan hemophilia klasik karena diturunkan secara autosomal
dominan. Penyakit tersebut semula diberi nama oleh Erik von Willebrand dengan
nama pseudohemofili namun saat ini penyakit tersebut disebut von Willebrand Diseases (vWD). Penyebab utama kelainan penyakit vWD ini semula masih belum diketahui
hingga pada akhirnya 30 tahun setelah penemuan penyakit tersebut, yaitu sekitar
tahun 1957 diketahui bahwa penyebab penyakit vWD adalah kekurangan atau tidak adanya suatu faktor dalam plasma
darah.
Pada awal tahun
1970 suatu kelompok peneliti berhasil menemukan dan memurnikan protein yang
dapat memperbaiki pembentukan bekuan plasma pada penderita hemophilia. Struktur
glikoprotein vWF berhasil diidentifikasi pada tahun 1971 oleh Zimmerman hingga
beberapa tahun kemudian diketahui bahwa penyakit vWD disebabkan oleh mutasi gen faktor von Willebrand (vWF) sehingga terjadi defisiensi atau disfungsi
vWF. vWF adalah sejenis protein dalam sel darah merah yang diperlukan untuk
pembekuan darah. Protein ini bekerja secara kesinambungan dengan faktor VIII,
sejenis protein dalam darah yang berguna untuk membentuk jaringan yang kuat.
Kerja sama antara vWF dan faktor VIII nantinya akan merekatkan jaringan
sehingga menyangga trombosit di sekitar pembuluh darah yang mengalami kerusakan
akibat luka/cedera. Tanpa vWF dan faktor VIII dalam jumlah yang normal, maka
proses pembekuan darah akan terganggu dan memakan waktu yang lama.
B. von Willebrand Factor (VWF)
von
Willebrand Disease (vWD)
merupakan sejenis kelainan penyakit yang disebabkan oleh gangguan proses
pembekuan darah akibat kekurangan von
Willebrand Factor (vWF) dan
faktor VIII (FVIII) dalam darah. Sebelum membahas lebih jauh mengenai von Willebrand Disease (vWD) akan lebih baik jika mengetahui
terlebih dahulu mengenai vWF dan FVIII
beserta dengan fungsi dan rekomendasi nomenklatur yang digunakan.
C. Biosintesis vWF
vWF
disintesis
oleh dua jenis sel. Pada sel endothelium pembuluh darah, vWF yang disintesis
setelah itu disimpan dalam granula sekretori (Weibel-Palade bodies) dari yang bisa dilepaskan oleh stress atau
obat-obatan seperti desmopressin (DDAVP, 1-desamino-8-D-arginine
vasopressin), sebuah analog sintetik pada vasopressin. vWF juga disintesis
dalam megakariosit sumsum tulang dimana vWF tersebut disimpan dalam platelet alpha-granules dari yang
dilepaskan melalui aktivasi.
D. Struktur
von Willebrand Factor (vWF)
Faktor von Willebrand matur memiliki struktur
multimer yang merupakan gabungan beberapa oligomer. Gabungan ini bervariasi
antara 2 oligomer sampai 50-100 oligomer. Bentuk multimer dari vWF merupakan
bentuk yang potensial sebagai tempat ikatan multiple dengan trombosit dan struktur
subendotel. vWF murni apabila dianalisis dengan mikroskop elektron akan
memperlihatkan struktur filament sekitar 2-3 nm dan panjang mencapai 1300 nm.
Oligomer vWF terbesar merupakan faktor yang paling efektif dalam adhesi dan
agregasi trombosit. Multimer vWF memiliki jumlah yang terbatas di dalam darah
karena dapat menyebabkan pembentukan thrombus. Keterbatasan multimer ini masih
belum jelas diketahui penyebabnya, namun VWF hanya dapat aktif setelah bayi
dilahirkan.
E. Fungsi
von Willebrand Factor (vWF)
Faktor von Willebrand berperan penting dalam
adhesi platelet yang merupakan langkah awal dalam pembentukan thrombus. vWF
merupakan sebuah glikoprotein multimer yang berukuran besar, yang terdapat
dalam plasma dan sub endothelium pembuluh darah. Ikatan reversible antara vWF dengan
glikoprotein akan terbentuk dari permukaan endotel yang luka. Ikatan ini
nantinya akan memicu ikatan lainnya, sehingga terjadi aktivasi dan agregasi platelet.
Selain dalam adhesi, vWF juga berperan sebagai mediator faktor koagulasi VIII.
F. Rekomendasi
Nomenklatur vWF dan F VIII
vWF dan Faktor
VIII merupakan protein yang penting yang
diperlukan dalam proses hemostasis. Untuk lebih memahami peran dari vWF dan
faktor VIII pada penderita vWD, maka
kita perlu mengetahui terminology nomenklatur VWF dan Faktor VIII yang digunakan. Berikut ini merupakan hasil rekomendasi
nomenklatur FVIII dan vWF oleh Intenational
Society of Thrombosis and Hemostasis (ISTH). Berikut adalah rekomendasi
nomenklatur tersebut dalam R. Sindunata (2006).
Tabel 1. Rekomendasi Nomenklatur FVIII dan vWF
Faktor
VIII (FVIII)
|
Protein
|
FVIII
|
Antigen
|
FVIII:Ag
|
Fungsi
|
FVIII:C
|
Von
Willebrand Factor (VWF)
|
Protein
matur
|
vWF
|
Antigen
|
vWF:Ag
|
Ristocetin cofactor activity
|
vWF:RCo
|
Collagen binding capacity
|
vWF:CB
|
Factor VIII binding capacity
|
vWF:FVIIIB
|
G. Proses
Hemostasis pada von Willebrand Disease (vWD)
Penyakit
von Willebrand adalah sejenis
penyakit kelainan darah akibat kekurangan von
Willebrand Factor (vWF) dan faktor VIII dalam darah. Penyakit ini bersifat
keturunan/herediter, baik secara autosomal dominan, autosomal resesif maupun
terkait X linked rescesive. Pada
orang normal ketika mengalami luka/cedera yang menyebabkan perdarahan, maka
perdarahan tersebut akan segera berhenti dengan sendirinya karena adanya
mekanisme hemostasis yang merupakan sebuah mekanisme tubuh untuk menghentikan
perdarahan. Hemostasis adalah proses pembekuan darah dengan cara terbentuknya
benang-benang fibrin, sehingga darah membeku. Proses pembekuan darah ini
tentunya tidak lepas dari diperlukannya 13 faktor pembekuan darah yang terdapat
dalam plasma. Apabila kadar dari 13
faktor tersebut normal, maka proses pembekuan darah akan berjalan dengan baik
pada batas waktu tertentu. Pada penderita vWD,
akibat adanya defisiensi vWF dan faktor VIII mengakibatkan pembekuan darah
berjalan lebih lama dari semestinya sehingga darah akan sukar membeku dan
tentunya hal tersebut akan mengganggu proses hemostasis yang berjalan.
Proses
hemostasis secara fisiologi terdiri atas 4 tahapan yang terjadi secara simultan
segera setelah adanya luka pada endothelium pembuluh darah. Adapun tahapannya
antara lain fase vasokonstriksi (fase vaskuler), pembentukan sumbat trombosit
(hemostasis primer-fase trombosit), hemostasis sekunder- pembentukan fibrin,
dan fibrinolisis.
1. Vasokonstriksi
dan Hemostasis primer
Proses ini
diawali dengan proses adhesi trombosit yang diinisiasi oleh interaksi antara
reseptor glikogen Ib (GPIb) pada permukaan trombosit dengan faktor von Willebrand, selain itu trombosit
akan mengikat kolagen pada subendothelial
pembuluh darah. Setelah itu trombosit menjadi teraktivasi dan mengeluarkan granul α dan granul dens sehingga terjadi agregasi trombosit dan vasokonstriksi
pembuluh darah. Agregasi trombosit akan membentuk plug trombosit, langkah akhir
dari proses hemostasis primer yang dimediasi oleh reseptor glikoprotein
IIb/IIIa (GPIb/IIIa).
Pada penderita vWD, proses adhesi tromobosit dapat
terganggu akibat kurangnya von Willebrand
Factor (vWF)yang disebabkan oleh mutasi genetic. Selain itu, kurangnya vWF
tersebut juga akan mempengaruhi proses selanjutnya sehingga agregasi trombosit
juga akan terganggu sehingga proses hemostasis primer pun berjalan tidak
sempurna dan dapat menggangu terjadinya proses hemostasis selanjutnya dan
memicu terjadinya perdarahan secara terus-menerus.
Gambar 1. Adhesi
trombosit dimediasi ikatan faktor von Willebrand-reseptor glikoprotein Ib
(vWF-GPIb) yang kemudian dilanjutkan dengan agregasi trombosit ikatan reseptor
glikoprotein IIb/IIIa dengan fibrinogen 4.
2. Hemostasis
sekunder
Hemostasis
sekunder dimulai bersamaan setelah sumbat hemostatik terbentuk. Aktivasi jalur
intrinsic dimulai dengan aktivasi faktor XII (FXII), FXI yang akhirnya akan
mengaktivasi FX. Jalur instrinsik ini disebut dengan activated thromboplatin time (aPTT). Sedangkan
jalur ekstrinsik dimulai dengan aktivasi FVII dan berakhir pada aktivasi FX.
Jalur Instrinsik berfungsi untuk melakukan aktivasi faktor pembekuan yang
secara tepat bekerja pada komponen pembekuan yang ada dalam darah. Sedangkan
jalur ekstrinsik memiliki peran penting dalam melakukan inisiasi hemostasis
sekunder (melalui tissue factor).
Kedua jalur tersebut nantinya akan masuk kedalam jalur bersama (common pathway) melalui aktivasi FX
menjadi FXa yang akan membentuk kompleks protrombinase saat bersama dengan FVa.
Protrominase kemudian akan menjadi thrombin yang mengubah fibrinogen menjadi
benang-benang fibrin.
3. Fibrinolisis
Setelah
terjadinya pembekuan darah, proses koagulasi akan dilanjutkan dengan proses
fibrinolisis yang diawali dengan tissue
factor pathway inhibitor (TFPI) melakukan regulasi dengan cara melakukan
hambatan aksi kompleks TF/VIIa. Proses fibrinolisis ini terdiri dari
plasminogen dan seluruh activator
(urokinase, streptokinase, dan Tpa) yang mampu mengubah plasminogen menjadi
bentuk aktif, yaitu plasmin. Plasmin nantinya akan menghentikan dan
menghilangkan bekuan fibrin.
D.
Gejala
Klinis von Willebrand Disease (vWD)
Secara umum,
penyakit vWD tidak separah penyakit
gangguan perdarahan lain seperti hemofili. Sebagian besar penderita penyakit
ini hanya menunjukkan gejala klinis yang ringan. Gejala yang ringan inilah yang
menyebabkan banyak orang tidak menyadari bahwa ia mengidap vWD. Gejala penyakit ini baru akan diketahui setelah penderita
mengalami suatu tindakan seperti operasi/tindakan bedah dan ekstraksi gigi
karena mengalami komplikasi perdarahan. Selain itu, perdarahan juga sering
terjadi pada gusi.
Penyakit
vWD tidak menampakkan gejala yang
tetap atau pasti antara pengidap vWD
yang satu dengan yang lainnya. Setiap pengidap memiliki gejala yang
berbeda-beda. Pada penderita autosomal dominan, gejala klinisnya ditandai
dengan seringnya perdarahan kulit dan mukosa. Pada autosomal resesif, gejalanya
berupa hemartrosis (perdarahan pada persendian) dan perdarahan intramuscular
akibat kadar faktor VIIIc yang merupakan sub unit dari faktor VIII sangat
rendah. Pada penderita terkait X linked
recesive terjadi tanpa gejala.
H. Klasifikasi
Von Willebrand Disease (vWD)
Von
Willebrand Disease (vWD)
diklasifikasikan menjadi 3 jenis berdasarkan kriteria yang dikembangkan oleh
VWF Subkomite dari ISTH (International
Society of Thrombosis and Hemostasis). Klasifikasi ini pertama kali
diterbitkan pada tahun 1994 dan direvisi pada tahun 2006. Klasifikasi ini
dimaksudkan agar gejala klinis yang dialami relevan dengan pengobatan vWD. vWD
dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu kelainan kuantitas (tipe 1 dan
tipe 3) dan kualitas VWF (tipe 2). Berikut di bawah ini merupakan tabel
klasifikasi dari vWD dalam R.
Sindunata (2006).
Tabel
1. Klasifikasi vWD
Defisiensi
VWF Kuantitatif
|
Tipe 1
|
Defisiensi VWF parsial
|
Tipe 3
|
Defisiensi VWF lengkap
|
Defisiensi
VWF Kualitatif
|
Tipe 2
|
Defisiensi VWF kualitatif
|
Tipe 2A
|
Penurunan fungsi akibat tidak adanya
multimer besar VWF
|
Tipe 2B
|
Penurunan fungsi akibat peningkatan
afinitas terhadap GPIb trombosit
|
Tipe 2M
|
Penurunan fungsi bukan akibat tidak
adanya multimer besar VWF
|
Tipe 2N
|
Penurunan afinitas terhadap faktor
VIII
|
Tipe
1 vWD ditemukan pada orang yang
memiliki kekurangan parsial kuantitatif VWF. Tingkat VWF dalam plasma rendah
dan atau trombosit. Penyakit vWD tipe
1 ditandai dengan hilangnya beberapa faktor vWD
dan menyebabkan perdarahan ringan sampai sedang. Seringkali beberapa orang
tidak menyadari bahwa mereka menderita vWD.
Pada vWD tipe 2 memiliki cukup faktor Von Willebrand dalam jumlah cukup
namun tidak berfungsi. Sedangkan vWD
tipe 3 tidak didapatkan VWF di dalam plasma dan atau trombosit. Penyakit vWD tipe 3 merupakan tipe yang paling
berbahaya dan ditandai dengan kekurangan secara lengkap vWD atau dalam artian memiliki jumlah VWF yang sangat sedikit
sehingga menyebabkan terjadinya perdarahan berat.
I.Tes
Diagnosis Von Willebrand Disease (vWD)
Untuk mengetahui
seseorang menderita vWD, maka
diperlukan suatu tes pemeriksaan laboratorik untuk mendiagnosis penyakit
tersebut. Berikut adalah beberapa pemeriksaan laboratorik vWD menurut Endang Winianti (1993):
1. Menguji
masa perdarahan
Menguji masa
perdarahan akan lebih sensitive dengan cara Ivy. Keadaan normal masa perdarahan
adalah 1 sampai dengan 6 menit. 83% pasien vWD
mengalami masa perdarahan yang lebih panjang.
2. Menguji
kadar faktor VIIIc
Penurunan kadar
faktor VIIIc pada pasien vWD umumnya
terjadi pada tingkat sedang, yaitu antara 5 u/dl sampai dengan 30 u/dl. Namun
ada pula varian vWD yang kadar faktor
VIIIc-nya normal.
3. Menguji
kadar faktor VIIIAg
Menguji kadar
faktor VIIIAg ini dengan menggunakan metode immunoassay. Kadar faktor VIIIAg
pada penderita vWD adalah sekitar 50%
dari nilai normal, perbandingan kadar faktor VIIIc dengan kadar faktor VIIIAg
dalam keadaan normal adalah 0,74 sampai 2,20. Pada varian X-link recesive dan autosomal dominan, kadar faktor VIIIAg normal
tetapi perbandingan kadar faktor VIIIc dengan faktor VIIIAg rendah.
4.
Menguji
agregasi trombosit
Menguji agregasi
trombosit dilakukan dengan memberikan antibiotic ristosetin atau dengan
menambahkan adenosine diphospat pada trombosit pasien vWD. Trombosit dalam keadaan normal, penambahan ritosetin akan
menyebabkan terjadinya agregasi trombosit. Pada pasien vWD, agregasi trombosit akan terganggu setelah pemberian ritosetin,
sehingga menyebabkan perdarahan memanjang. Pemberian/induksi ritosetin dan
adenosine diphosphat juga akan menyebabkan penurunan adhesi dan agregasi
trombosit
5.
Menguji
retensi trombosit
Retensi
trombosit diukur dengan cara mengamati daya lekat trombosit pada gelas (plateletglass adhesiveness). Dengan
pengujian ini, 80-100% kasus vWD
mengalami defisiensi retensi trombosit.
6.
Tes
toleransi terhadap aspirin
Pemberian
aspirin pada pasien vWD akan
menyebabkan perdarahan memanjang. Pada percobaan ini diberikan 10 gram aspirin
(5 gram untuk anak-anak) dengan masa perdarahan diukur 2 jam sebelum dan 2 jam
setelah pemberian aspirin
G.
Terapi
untuk Von Willbrand Disease (vWD)
Terapi untuk
mencegah vWD meliputi 3 strategi
umum. Strategi pertama adalah untuk meningkatkan konsentrasi plasma VWF dengan
melepaskan VWF endogen melalui stimulasi sel endotel dengan DDAVP. Strategi
yang kedua adalah dengan mengganti VWF dengan menggunakan turunan plasma manusia,
konsentrat viral-inactivated.
Strategi ketiga dengan mempekerjakan agen yang mempromosikan hemostasis dan
penyembuhan luka namun tidak secara substansial mengubah konsentrasi plasma.
Ketiga strategi
pengobatan tersebut tidak saling berkesinambungan. Pasien penderita vWD hanya dapat menerima satu dari
ketiga pilihan yang ada. Pilihan terapi tersebut tergantung pada jenis dan
keparahan vWD, tingkat keparahan
hemostatik yang dihadapi, dan sifat aktual atau potensial perdarahan.
DAFTAR
PUSTAKA
Davey, Patrick. At a
Glance Medicine. Jakarta: Erlangga. 2005
Sari,
Ita Muharram dan Mohammad Saiful Islam.
Perbandingan antara Derajat Fungsional Neurologis dengan Kadar Faktor
Willebrand pada Pasien Stroke Trombotik Akut. Artikel penelitian Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga tahun 2015. http://mnj.ub.ac.id/index.php/mnj/article/download/31/70. Diakses pada tanggal 19 Februari 2017 Pukul 20.30 WIB.